
Ilustrasi/net
RIAU1.COM - Pemerintah berupaya untuk terus menekan angka kematian jamaah Indonesia pada pelaksanaan haji 2026 lewat penyiapan manasik kesehatan, berkolaborasi dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi).
"Kita berharap tahun ini kita benar-benar memaksimalkan SOP kesehatan kita. Bukan berarti kita tidak punya standar, tapi standar kita yang selama ini mungkin belum kita terapkan secara maksimal," ujar Kepala BP Haji Mochammad Irfan Yusuf Irfan dalam Evaluasi Nasional Kesehatan Haji Bersama Perdokhi di Jakarta yang dimuat Republika.
Gus Irfan mengatakan kesehatan haji menjadi fokus Pemerintah pada penyelenggaraan haji 2026. Penyiapan manasik kesehatan ini guna memenuhi Istithaah kesehatan haji.
Istithaah kesehatan haji adalah kemampuan jamaah dari aspek kesehatan, baik fisik maupun mental, yang terukur melalui pemeriksaan, sehingga dapat menjalankan ibadah haji sesuai dengan syariat Islam.
Penerapan standar kesehatan haji, kata Irfan, penting untuk mencegah angka kematian calon jamaah haji Indonesia yang masih tergolong tinggi.
"Kesehatan jamaah haji ini adalah proses yang dilihat seluruh dunia. Kami tidak ingin haji ini dilihat sebagai ladang kematian oleh dunia," kata dia.
Senada dengan Gus Irfan, Wakil Kepala BPH Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan manasik kesehatan akan memberikan pemeriksaan kesehatan secara holistik kepada calon jamaah haji.
"Manasik kesehatan nanti mulai cek kesehatan di awal ketika dia mau berangkat, sebelum mau berangkat, dan sudah diumumkan dia akan berangkat, dan sebelum nanti keberangkatan," kata Dahnil.
Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat (PP) Perdokhi Muchtaruddin Mansyur menyampaikan pihaknya memberikan 16 poin rekomendasi untuk transformasi kebijakan istithaah kesehatan haji bersama BPH.
Rekomendasi tersebut di antaranya penambahan vaksin influenza berbasis sel dan vaksin pneumonia.
"Rekomendasi lainnya adalah pemberian imunomodulator asli Indonesia seperti ekstrak Phyllantus niruri yang dikombinasi dengan multivitamin dianjurkan setiap hari sejak dari Tanah Air untuk meningkatkan daya tahan tubuh menghadapi risiko infeksi yang meningkat pada kerumunan," kata Muchtaruddin Mansyur.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perdokhi Syarief Hasan Lutfie menambahkan vaksin influenza efektif digunakan sekitar satu bulan sebelum keberangkatan calon jamaah haji.
Sementara penggunaan imunomodulator sebaiknya sudah secara rutin digunakan tiga bulan sebelum keberangkatan untuk memperkuat daya tahan tubuh.
"Kalau yang berkaitan dengan di lapangan, kan, pasti viral infectious itu selalu ada. Sehingga kasus-kasus modifikasi daripada virus-virus yang baru itu pasti muncul. Entah itu COVID, entah itu yang pneumonia itu akan menjadi isu-isu yang selalu ada setiap tahun. Karena mass gathering itu infectious," kata Syarief.*